Senin, 03 Januari 2011

HUMAN INTEREST PHOTOGRAPHY

Di antara sekian banyak subjek foto yang menarik, foto human interest adalah salah satunya. Foto human interest ibarat sebuah cerita film, yakni enak ditonton. Pasalnya imaji yang terekam adalah mengenai keadaan keseharian manusia namun enak dilihat. Bahkan lebih enak dilihat dari aslinya. 


Meski demikian, memotret human interest tidaklah mudah. Anda harus benar-benar menguasai keadaan sekitar. Bila perlu Anda harus beradaptasi alias gaul dengan subjek yang menurut Anda bakal difoto itu. Maksudnya jangan sampai Anda "dicurigai" karena dianggap mengganggu kenyamanan mereka. Bisa-bisa rencana Anda gagal total!


Salah satu faktor sukses terpenting dalam pemotretan human interest adalah kemampuan si fotogrrafer mencairkan suasana, kita perlu datang ke tengah mereka dengan maksud melihat-lihat saja dulu dan bercakap-cakap. Kita perlu banyak mengajukan pertanyaan yang relevan. Bila di pasar, menanyakan harga, penjualan, untung mereka, situasi sekarang, dan lain-lain. Sehingga mereka merasa nyaman dengan kita. Ketika suasana sudah cair, baru kita mulai mengangkat kamera, sambil melihat subjek yang Anda ingin bidik dan senyum.
Dengan teknik ini kita akan selalu berhasil merekam foto-foto "human interest" yang hidup, dan yang tak kalah pentingnya membuat banyak teman. Tentu saja, agar Anda bisa bekerja dengan cepat, Anda harus mempersiapkan kamera Anda sebelumnya. Lalu Anda harus membaur hingga Anda tidak tampak sebagai orang luar. Hal itu merupakan satu teknik yang sangat efektif untuk menghasilkan foto-foto manusia yang wajar dan apa adanya.
Dengan membaur Anda tidak lagi menjadi pusat perhatian hingga bebas berkeliaran. Salah satu cara yang terbaik adalah dengan tidak mengiklankan diri Anda sebagai fotografer. Pakailah pakaian biasa, T'shirt, jeanhuman interest" Anda akan tampil semakin hidup. dan lain-lain. Bawa tas kamera kecil dan bawa kamera dengan menenteng di satu tangan hingga tampak seolah-olah Anda tidak tertarik untuk memotret (Menggantung kamera di leher, selalu mengundang perhatian). Dengan teknik ini, Anda hanya perlu mengangkat kamera ketika memotret. Cobalah kedua tips di atas dan lihat bagaimana foto-foto "
Hal lain yang perlu dicermati adalah bagaimana mencari sudut pandang terbaik dengan antisipasi. Foto yang baik jarang terjadi secara kebetulan. Paling tidak merupakan hasil dari sebuah pravisualisasi kreatif yang terasah dan didukung persiapan teknis yang matang. Dengan bertambahnya pengalaman, atau jam terbang, kemampuan setiap fotografer untuk mempersiapkan diri, memvisualisasikan dan menciptakan sebuah komposisi juga akan terus bertambah tajam, hingga mencapai satu titik dimana proses tersebut bergulir secara otomatis, bahkan di bawah sadar.
Pada tingkat ini, setiap fotografer akan dapat dengan mudah mengambil keputusan tentang foto yang ingin dia rekam tanpa perlu mengangkat kamera dan coba-coba berbagai macam lensa, sudut pandang dan jarak pemotretan. Karena dengan praevisualisasi, dia akan langsung tahu dari sudut mana dia akan memotret, lensa dengan titik api mana yang terbaik, kecepatan rana berapa dan diafragma mana yang tepat untuk merekam foto yang dia inginkan.
Proses yang sebenarnya makan waktu jauh lebih cepat dari menuliskan kalimat ini, sangat menentukan sukses Anda dalam menciptakan foto-foto yang kuat setiap saat. Memilih sudut pandang terbaik tidak hanya untuk menentukan penampilan visual dari foto anda, tapi juga mencakup estetika dan pesan yang dapat disampaikan oleh foto tersebut. Seperti apabila Anda memotret sebuah pawai tradisional, tentu Anda ingin mendapatkan foto-foto yang kuat yang mampu menampilan subjek foto dengan indah bebas dari latar belakang yang mengganggu dan sekaligus dapat mengidentifikasikan lokasi, situasi dan kondisi dari event tersebut.
Faktor-faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam memilih sudut pandang yang baik adalah menentukan sudut pemotretan yang mengidentifikasikan event yang sedang diliput. Seperti kegiatannya, lokasinya, suasananya, dan lain-lain hingga tanpa keterangan foto pun orang sudah dapat mengetahui isi foto (umpamanya, memotret satu acara dengan memasukkan spanduk atau poster tentang kegiatan tersebut, ciri khas event atau lokasi seperti bangunan dan lain-lain). Memilih latar belakang yang tidak mengganggu subjek foto secara visual latar-belakang yang lembut, warna yang komplementari, dan lain-lain), ambil posisi yang memberi Anda sudut pencahayaan yang dramatis hingga foto Anda tampil kuat (cahaya samping atau belakang). Bila memungkinkan ambil foto dari beberapa sudut pandang berbeda hingga Anda memiliki banyak pilihan.
Dalam semua bidang seni penciptaan seperti seni tari, musik, tulis, visual (lukisan ataupun fotografi), unsur selera pribadi, atau sentuhan khas dari si seniman membuat setiap karya menjadi unik. Sentuhan khas ini bukanlah keahlian yang dapat dipelajari tapi satu kelebihan yang sebenarnya sudah ada pada diri setiap seniman/fotografer. Atau terkadang disebut sebagai bakat. Memang perlu waktu untuk mengenalnya, mengasah dan memantapkannya dalam satu proses seni penciptaan. Tapi hal itu bisa diperoleh bila kita bersedia melihat dengan mata hati kita, mempertajam intuisi dan kepekaan terhadap dunia sekeliling kita, dan mengikuti dorongan naluri seni yang mengalir bebas tanpa beban.
Setiap orang akan mampu menciptakan karya foto yang kental dengan sentuhan pribadi si pencipta. Proses penciptaan karya foto selalu dimulai dengan interaksi yang akrab antara kita dengan subjek foto, apakah itu manusia, keindahan pemandangan ataupun keajaiban alam. Dari komunikasi pribadi ini kemudian muncul umpan balik berupa emosi yang menjadi stimulan kreatif untuk menciptakan foto yang dapat menangkap "jiwa" dari apa yang dilihat dan alami. Itulah proses untuk menemukan karya cipta individu yang khas yang menjadi ekspresi pribadi yang kuat dari setiap fotografer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar